Thursday, August 7, 2014

Preview Championship 2014 / 2015: Perjalanan Mencari Jati Diri ( Charlton Athletic )

Background

Chartlon Athletic akan menjalani musim ketiganya di Championship setelah berhasil promosi dari League One pada tahun 2011/ 2012. Musim pertamanya kembali ke kasta kedua, Charlton Athletic berhasil mengakhiri kompetisi dengan finish di posisi 9, hanya terpaut tiga point dari zona playoff. Chris Powell yang juga berhasil membawa The Addicks promosi, merupakan sosok dibalik penampilan mengejutkan Charlton Athletic tersebut. Tanpa ragu, pihak klub setuju mempertahankan jasanya untuk kembali memimpin tim pada kompetisi 2013 / 2014, namun optimisme yang ada pada awal musim berubah menjadi kekecewaan setelah Powell gagal mempertahankan kualitas tim miliknya.

Powell kehilangan sentuhan magis
Charlton Athletic yang diharapkan dapat memantapkan posisi di papan tengah atas (7-12th) terjerumus ke papan bawah Championship dengan hanya meraih 10 kemenangan dan 10 hasil imbang, dari 37 pertandingan di segala ajang. Nasib buruk sudah menghampiri Chris Powell sejak musim 2013 / 2014 baru dimulai. Charlton memulai musim lalu dengan kekalahan melawan Bournemouth, dari 10 pertandingan pertama di Championship 2013 / 2014, Charlton Athletic menelan 5 kekalahan dan hanya meraih 9 dari 30 point yang pertaruhkan. Simon Church dan kolega-pun terdampar di posisi 19 klasemen sementara. Walaupun tampil buruk, termasuk puasa kemenangan selama 1 bulan ( September - Oktober 2013 ), Chris Powell tetap dipercaya untuk menangani tim utama. Kesabaran direksi klub akhirnya mencapai titik puncak saat Charlton Atheletic tersingkir dari Piala FA setelah tumbang 0-2 di tangan klub League One, Sheffield United pada 9 Maret 2013. Dua hari kemudian mantan bek kiri timnas Inggris tersebut resmi dipecat, meski performa tim di liga sedang membaik.

Mantan manager C.S Vise & Standard Liege, Jose Riga ditunjuk sebagai pengganti Powell. Performa tim dibawah Riga juga tidak mengalami peningkatan. Bertugas untuk mengangkat Charlton yang berada di ancaman degradasi di posisi 19, rasa panik semakin menjadi setelah satu bulan pertama kepemimpinan Jose Riga, Charlton semakin terpuruk dengan hanya satu tingkat di atas zona degradasi, karena hanya berhasil meraih 5 poin dari 5 pertandingan di bulan Maret.

Nasib Charlton baru dipastikan aman di akhir musim. Terbantu performa tim lain yang memburuk, 9 poin yang mereka raih melalui kemenangan melawan Blackpool, Sheffield Wednesday dan Yeovil Town pada 6 pertandingan terakhir kompetisi cukup membawa mereka ke posisi 18 klasemen akhir dengan raihan 51 point. Jasa Jose Riga tidak digunakan lagi, dan Charlton akan memulai musim baru di bawah komando Bob Peeters.

Transfer

Pada bursa transfer musim panas 2014, Bob Peeters mulai membangun squad-nya dari awal. Beberapa pemain kunci musim lalu seperti Ben Hamer dan Leon Cort, serta pemain potensial, Diego Poyet diizinkan Peeters untuk mencari klub lain. Sebagai penggantinya, Stephen Henderson, Tal Ben Haim, Franck Moussa, didatangkan untuk mengisi pos yang kosong. Peeters juga ingin meremajakan timnya dengan mendatangkan Igor Vetokele (Copenhagen), dan Zak Ansah (Arsenal) yang masih berusia dibawah 23 tahun. Total 12 pemain ia datangkan, termasuk 3 pemain muda binaan akademi Charlton yang dipercayakan untuk mengecap Championship 2014 / 2015.

Key Players

Striker timnas Belgia diharapkan dapat seperti seniornya
Johnnie Jackson, kapten Charlton Athletic yang musim lalu menyumbang 5 gol dan 5 assist akan dipercaya menjadi poros permainan The Addicks, dibantu oleh pendatang baru Franck Moussa, attacking midfielder yang merupakan salah satu pemain kunci Coventry City di League One musim lalu. Striker 22 tahun berdarah Angola, Igor Vetokele juga diharapkan memberikan pundi - pundi gol untuk Charlton Athletic. Dana yang dikeluarkan Charlton untuk Vetokele sama dengan saat mereka mendatangkan Marcus Bent dari Everton (05/06), dan sedikit dibawah biaya kepindahan Danny Murphy dari Liverpool semusim sebelumnya. Lini belakang yang kehilangan komando Ben Hamer dan Leon Cort akan mengandalkan Rhoys Wiggins sebagai pengatur tembok pertahanan. Wiggins yang bermain lebih dari 3.000 menit musim lalu telah menjadi pilihan utama sejak Charlton masih berada di League One.

Gaffer

Agent Peeters ?
Saat direksi Charlton Athletic mempercayakan seorang Bob Peeters menjadi manager, banyak meragukan kemampuan mantan pemain timnas Belgia ini.  Peeters yang baru memulai karir kepelatihannya pada 2010 bersama Cercle Brugge setelah gantung sepatu 2 tahun sebelumnya, belum pernah sekalipun merasakan kesuksesan yang signifikan. Selain itu, Peeters merupakan mantan pemain Millwall, rival dari Charlton Athletic. Pihak klub tidak mempedulikan koneksi tersebut, namun beban menjadi semakin berat untuk Sang pelatih. Charlton merupakan klub ke-4 Peeters hanya dalam waktu 4 tahun di dunia managerial. Menumbuhkan rasa percaya para supporter akan menjadi tugas utamanya musim ini.



Verdict 

Musim ini bisa jadi musim penentuan bagi Charlton Athletic apakah mereka layak menjadi klub Championship atau tidak. Konsistensi merupakan kunci utama, namun melihat kedalaman squad dan terlepas dari sosok Peeters adalah seorang agen dari Millwall untuk menyengsarakan rival mereka atau bukan, Charlton Athletic nampaknya akan menjadi salah satu tim yang harus berjuang sekuat tenaga menjauhi zona degradasi, dan berpeluang besar untuk kembali ke League One.


BY: @adrieedu

No comments:

Post a Comment